IbadahKajian Tarjih

Kiat Masuk Surga Bersama Keluarga dan Sahabat

#tangletTarjihKlaten

Sebagai muslim kita pasti berkeinginan bisa masuk surga bersama orang-orang yang kita cintai, baik dari keluarga dan saudara maupun sahabat kita. Adalah kebahagiaan yang sempurna bisa masuk surga bersama bapak-ibu kita, istri-istri, putra-putri dan cucu-cucu kita, serta sahabat maupun orang-orang yang kita cintai di sekitar kita. Apakah cita-cita tersebut bisa terwujud kelak di akhirat?

Mengenai hal tersebut, Al Quran dan As Sunnah banyak menjelaskannya, diantaranya :

  1. QS (13) Ar Ra’du : 23, Allah Ta’ala berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ  (23)

“(yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;”

  1. Doa para malaikat bagi orang-orang mukmin dalam QS (40) Ghafir : 8, yakni :

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam Surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,”

  1. Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :

عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

 Dari Abu Wail, dari Abdullah bin Masúd, Rasulullah SAW bersabda : “Setiap orang akan dikumpulkan (di surga) bersama orang yang ia cintai.’” (HR. Bukhari, no. 6168; Muslim, no. 2640)

Masih banyak ayat dan hadits lain yang menerangkan bahwa seorang muslim bisa masuk surga bersama orang-orang yang dicintainya, baik bapak-bapaknya, istri-istrinya, anak-keturunannya, maupun teman dan karib kerabatnya. Hanya saja, untuk bisa mewujudkannya tentu harus mengusahakannya sejak di kehidupan kita sekarang.

Beberapa ikhtiyar yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut antara lain :

  1. Mengusahakan keislaman dan keimanan bagi keluarga dan anak keturunan kita.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS (52) Ath Thuur : 21,

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَـقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَاۤ اَلَـتْنٰهُمْ مِّنْ

عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ ۗ كُلُّ امْرِیءٍ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ

“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Usaha tersebut dicontohkan oleh para Rasul terdahulu dalam mengusahakan keluarga mereka agar tetap ber-Islam dan beriman hanya kepada Allah. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub Alaihimas Salam yang difirmankan oleh Allah dalam QS (2) Al Baqarah  : 132,

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ‏

“Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Allah Ta’ala mengabulkan harapan mereka, para Nabi dan Rasul, dalam firman-Nya di QS (19) Maryam : 58,

Allah SWT berfirman:

أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.”

(Penjelasan lengkapnya silakan dibaca QS Maryam /19 ayat 58 hingga 63)

  1. Mengupayakan keluarga dan teman-teman kita agar menjaga ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقً

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

(QS. An-Nisa’ /4 : 69)

          Hal tersebut harus kita upayakan karena ketaatan kepada Allah dan Rasulullah adalah syarat mutlak setiap muslim untuk bisa masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :   كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang enggan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia enggan (untuk masuk surga).”

(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dalam shahihnya Kitab al-I’tisham Bil Kitab Wa as-Sunnah, Bab al-Iqtida’ Bi Sunani Rasûlillâh no. 7280, al-Imam Ahmad dalam musnadnya no. 8728, dan al-Imam al-Hakim dalam al- Mustadrak, Kitab al-Iman no. 182)

 

  1. Memerintahkan kepada keluarga kita untuk menjaga kewajibannya kepada Allah, terutama menegakkan shalat.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۗ لَا نَسْــئَلُكَ رِزْقًا ۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. (20) Ta-Ha : 132)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga memerintahkan kita untuk membiasakan anak-anak kita menunaikan kewajiban shalat sejak dini, sebagaiman disebutkan dalam hadits Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!”

(Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197; Dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, II/406, no. 505 dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya. Hadits ini dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Imam an-Nawawi t dalam al-Majmû’ dan Riyâdhush Shâlihîn. Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Sanadnya hasan shahih.” Lihat Shahîh Sunan Abi Dawud, II/401-402, no. 509).

Membiasakan anak-anak dan keluarga kita menjaga shalat wajib adalah upaya menjaga generasi penerus kita agar tetap ada dalam hidayah Islam. Karena meninggalkan shalat adalah awal menuju kesesatan yang akan menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan dan menjadikan mereka hanya menurutkan hawa nafsu.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ۙ

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan sholat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,”

(QS (19). Maryam  : 59)

  1. 4. Mencegah diri dan keluarga kita dari perbuatan-perbuatan dosa yang bisa menjerumuskan ke neraka.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(QS (66). At-Tahrim  : 6)

Dengan mencegah diri dan keluarga kita dari berbuat dosa-dosa besar, akan menghindarkannya dari neraka dan Allah akan memasukkan kita ke surga-Nya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبٰئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْـكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”

(QS (4). An-Nisa’  : 31)

  1. 5. Saling mengingatkan dan mendukung di antara anggota keluarga dan teman-teman kita.

Sebagaimana difirmankan oleh Allah ketika menceritakan pembicaraan para ahli surga dalam QS (52) Ath Thuur : 25 – 28,

وَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَسَاءَلُوْنَ

“Dan sebagian mereka berhadap-hadapan satu sama lain saling bertanya jawab”

قَالُـوْۤا اِنَّا كُـنَّا قَبْلُ فِيْۤ اَهْلِنَا مُشْفِقِيْنَ

“Mereka berkata, Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab).”

فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَوَقٰنَا عَذَابَ السَّمُوْمِ

“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.”

اِنَّا كُـنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوْهُ ۗ اِنَّه هُوَ الْبَـرُّ الرَّحِيْمُ

“Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dialah Yang Maha Melimpahkan kebaikan, Maha Penyayang.”

  1. 6. Istiqamah hadir di majelis ilmu agar tidak lalai dari kewajiban meski disibukkan oleh kewajiban dunia.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَـفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَه وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْ ۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَ لَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَه عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰهُ وَكَانَ اَمْرُه فُرُطًا

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”

(QS (18). Al-Kahfi : 28)

Istiqamah menghadiri majelis ilmu berarti istiqamah berjalan menuju ke surga. Maka meninggalkan majelis ilmu sama halnya meniti jalan menuju neraka. Sebagaimana sabda Nabi,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

  1. 7. Berteman dengan orang-orang yang shalih di sekitar kita.

Hasan Al- Bashri berkata,

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.”

(Ma’alimut Tanzil 4/268)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat,

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon : “Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.”

Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun mengeluarkan banyak orang yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.

Kemudian orang mukmin itu melapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa. Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar. Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan…”    (HR. Muslim no. 183).

Kesalahan bergaul dan memilih teman di dunia bisa berakibat penyesalan di hari Kiamat karena akan menjerumuskan seseorang ke neraka. Hal ini dicontohkan oleh Allah ketika menceritakan percakapan para ahli surga tentang teman-temannya di dunia yang tidak mengimani adanya hari Kebangkitan, dalam QS (37)  Ash Shaffat : 50 – 56,

فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (50) قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ (51) يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ (52) أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ (53) قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ (54) فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ (55) قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ (56)

Lalu sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?’ Berkata pulalah ia, ‘Maukah kamu meninjau (temanku itu)?’ Maka ia meninjaunya, lalu ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula), ‘Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku.

           Demikianlah beberapa kiat untuk mewujudkan harapan dan cita-cita kita selaku mukmin dan muslim untuk belajar bisa masuk surga bersama bapak-bapak kita, istri-istri kita, anak keturunan dan teman-teman kita. Semoga Allah memudahkan kita untuk mewujudkannya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button